Terjemahan Al-Quran

Saturday, July 2, 2011

Gempar!!! Dialog peserta Bersih 2.0 dengan polis

Dialog peserta Bersih 2.0 dengan pihak polis di suatu sekatan jalan raya.


S: Saya berasal dari Pulau Pinang dan saya dalam perjalanan untuk ke perhimpunan aman Bersih 2.0 di Kuala Lumpur. Tiba-tiba, saya ditahan di sebuah sekatan polis dan diarahkan untuk berpatah balik ke rumah. Apakah yang patut saya buat?


J: Perkara 9(2) Perlembagaan Persekutuan menjamin setiap warganegara bebas untuk bergerak ke mana-mana di dalam Malaysia. Oleh itu, saudara boleh meniru dialog berikut:


Sdra: Saya ingin teruskan perjalanan saya ke Kuala Lumpur.


Polis: Apa tujuan kamu ke sana?


Sdra: Saya ingin melawat kawan/ Saya ingin hadiri kenduri/ Saya ingin shopping (pilih mana-mana jawapan, tetapi jangan nyatakan saudara ingin berdemo)


Polis: Tidak boleh. Saya arahkan kamu berpatah balik.


Sdra: Saya berada di Malaysia dan saya sebagai warganegara bebas ke mana-mana dalam Malaysia. Tuan tiada hak untuk arahkan saya pulang. Jika tuan ingin tahan saya, sila bawa saya ke balai polis.


Polis: Errmm. Ok, saya tahan kamu dan bawa ke balai polis.


Sdra: Sebelum tuan bawa saya ke balai polis, saya mahu dapatkan nama penuh, no. badan dan alamat tempat kerja tuan. Saya juga ingin tahu atas alasan apa saya ditahan. Saya akan arahkan peguam saya untuk saman tuan, pegawai tuan dan Kerajaan Malaysia kerana menahan saya secara salah dan melanggar hak asasi saya.


(sila catatkan nama penuh polis itu, no. badan dan alamatnya dan serahkan kepada peguam Bersih-0163126463/0163126473/014-6451753/012-3928379 untuk proses saman. Sila catat apa-apa alasan yang diberikan untuk menahan saudara. Sila maklumkan ahli keluarga bahawa saudara dibawa ke balai dan sila saudara hubungi peguam atau minta ahli keluarga hubungi peguam. Sila catatkan tarikh, hari dan masa ditahan. Juga, catatkan tempoh anda ditahan). Setelah saudara dibebaskan, saudara perlu segera membuat laporan polis. Saudara boleh guna format berikut untuk laporan polis.


Contoh laporan polis jika saudara ditahan:
Pada ................... hari ............... jam ........... hingga jam ................., saya ditahan oleh anggota polis bernama ................. no. badan ............... (masukkan semua nama pegawai penangkap) di ......................... Pegawai polis tersebut enggan membenarkan saya untuk meneruskan perjalanan ke Kuala Lumpur tanpa sebarang alasan/tanpa alasan yang munasabah/pegawai tersebut tidak menyatakan sebarang alasan saya ditahan (pilih yang mana berkaitan). Saya buat laporan ini supaya tindakan undang-undang diambil ke atas pegawai terlibat kerana telah melanggar hak asasi saya untuk bergerak bebas.

Kodomo : Perghh!! Siap ajar macam mana nak menghadapi polis lagi...dasyat..dasyat...Lion nak menyeru semua tolonglah jangan sertai perhimpunan Bersih 2.0 ni..takutlah akan azab Allah..mentaati pemimpim samalah dengan mentaati ALLAH..

Antara Hadith2 Larangan menentang kerajaan..


Dari sisi rakyat yang dipimpin, para ulil amri atau pemimpin kaum muslimin mempunyai hak:
Pertama, mendengar dan menaati dalam kebaikan


Hal ini merupakan hak pemimpin sekaligus kewajiban rakyat. Menaati pemimpin merupakan salah satu prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditopang oleh dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah.


1- "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisa`: 59).


Ibnu Taimiyah berkata, "Taat kepada Allah dan RasulNya adalah kewajiban atas siapa pun, taat kepada ulil amri juga kewajiban, karena Allah Ta'ala memerintahkan agar mereka ditaati, barangsiapa menaati Allah dan RasulNya dengan menaati ulil amri maka pahalanya dijamin oleh Allah." (Majmu' al-Fatawa 15/16).


2- "Barangsiapa menaatiku maka dia menaati Allah, barangsiapa mendurhakaiku maka dia mendurhakai Allah, barangsiapa menaati pemimpin yang aku tunjuk maka dia telah menaatiku, barangsiapa mendurhakainya maka dia mendurhakaiku." Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 7137 dan Muslim no. 1853 dari Abu Hurairah.


3- "Seandainya kalian dipimpin oleh seorang budak yang memimpin kalian dengan kitab Allah maka dengarkanlah dan taatilah." Diriwayatkan oleh Muslim no.1838.


4- "Akan muncul sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku, tidak mengikuti sunnahku, di antara mereka akan bangkit kaum laki-laki, hati mereka adalah hati setan dalam jasad manusia." Hudzaefah berkata, "Apa yang aku lakukan ya Rasulullah saw?" Beliau menjawab, "Dengarkan dan taatilah pemimpin, sekalipun punggungmu dicambuk dan hartamu dirampas, dengarkan dan taatilah." Diriwayatkan oleh Muslim 1847/52.


Hadits-hadits dalam bab ini berjumlah besar, siapa yang ingin menambah dengan mudah maka silakan merujuk Shahih Muslim Kitab al-Imarah.


Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, "Mendengarkan dan menaati ulil amri kaum muslimin mengandung kebahagiaan di dunia, dengannya kemaslahatan hamba dalam kehidupan bisa terwujud, dengannya kaum muslimin mampu memperlihatkan agama mereka dan menaati Rabb mereka." (Jami'ul Ulum wal Hikam 2/117).


Ibnu Taimiyah berkata, "Banyak hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah saw di bidang ini, di mana beliau memerintahkan kaum muslimin untuk menaati ulil amri dalam perkara yang bukan merupakan kemaksiatan, menasiihati mereka, bersabar dalam menerima hukum dan pembagiannya, berjihad bersamanya, shalat di belakangnya dan lain-lainnya, karena mengikuti mereka membawa kebaikan yang tidak terwujud kecuali dengan mereka, karena hal itu termasuk ke dalam bertolong menolong dalam kebaikan dan takwa." (Majmu' al-Fatawa, 35/20).


2- Tidak Memberontak
Imam ath-Thahawi berkata "Kami tidak membolehkan memberontak terhadap para pemimpin kami dan ulil amri kami sekalipun mereka berbuat zhalim, kami tidak berdoa atas mereka, tidak menarik tangan ketaatan, kami yakin menaati mereka merupakan bagian dari menaati Allah dan ia adalah kewajiban selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan, kami mendoakan mereka dengan kebaikan dan keselamata." (Al-Aqidah ath-Thahawiyah hal 22).


Larangn memberontak dan menentang pemimpin ini tertera dalam banyak hadits Rasulullah saw, di antaranya adalah:
1- "Barangsiapa keluar dari ketaatan dan menyempal dari jamaah laludia mati, maka dia mati dengan cara mati jahiliyah." Diriwayatkan oleh Muslim no. 1848 dari Abu Hurairah. Yang dimaksud dengan mati jahiliyah adalah mati di atas sifat jahiliyah di mana mereka hidup tanpa pemimpin, bukan matu sebagai kafir, akan tetapi sebagai pendurhaka.


2- "Barangsiapa mendatangi kalian sementara perkara kalian telah satu di atas seseorang lalu dia hendak membelah tongkat kalian dan memecah belah persatuan kalian maka bunuhlah." Diriwayatkan oleh Muslim no. 1852 dari Arfajah.


3- "Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin, kalian mengingkari perbuatan mereka dan mengakui perbuatan mereka, barangsiapa membenci maka dia telah bebas, barangsiapa mengingkari maka dia selamat, akan tetapi barangsiapa rela dan mengikuti." Mereka berkata, "Ya Rasulullah saw, mengapa kita tidak memerangi mereka?" Beliau menjawab, "Tidak, selama mereka shalat." Diriwayatkan oleh Muslim no. 1854 dari Ummu Salamah.


Hah Ibnu Hajar berkata, "Hadits ini mewajibkan taat kepada pemimpin di mana baiat telah diambil untuknya, larangan membangkangnya sekalipun tidak tidak adil dalam hukumnya, tidak boleh membatalkan baiat dengan alasan kefasikan pemimpin." (Fathul Bari 13/71).


Nasihat dengan Hikmah
Dari Tamim ad-Dari bahwa Nabi saw bersabda, "Agama adalah nasihat." Kami bertanya, "Untuk siapa ya Rasulullah saw?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, para pemimpin kaum muslimin dan orang umum mereka." Diriwayatkan oleh Muslim no. 55.


Ibnu Rajab berkata, "Adapun nasihat kepada para pemimpin kaum muslimin, maka hal itu diwujudkan dengan menyintai kebaikan, keadilan dan kelurusan mereka, menyintai bersatunya kaum muslimin atas mereka, membenci perpecahan umat atas mereka, menaati mereka dan membenci siapa yang hendak memberontak mereka, mendukung mereka dalam ketaatan kepada Allah." (Jami'ul Ulum wal Hikam 1/222).


Syaikh Ibnu Sa'di berkata, "Adapun nasihat bagi para pemimpin kaum muslimin maka ia dengan meyakini kepemimpinan mereka, mengakui kekuasaan mereka, kewajiban mennati mereka dalam hal-hal yang baik, tidak memberontaha mereka, mendorong masuarakat untuk menaatinya, memegang perintah mereka selama tidak bertentangan dengan perintah Allah, memberikan nasihat kepada mereka sebatas kemampuan, menjelaskan apa yang samar bagi mereka yang mereka butuhkan dalam memimpin rakyat, masing-masing sesuai dengan kemampuannya, mendoakan mereka agar dilimpahi kebaikan dan tauafik, karena kebaikan mereka adalah kebaikan masyarakat, tidak mencaci maki mereka dan menciderai mereka serta membeber aib-aib mereka, karena hal itu mengandung keburukan, mudharat dan kerusakan yang besar." (Ar-Riyadh an-Nadhirah hal. 38-49).


"Ada tiga perkara di mana hati seorang muslim tidak dihinggapi dengki karenanya, mengikhlaskan amal karena Allah, memberi nasihat kepada para pemimpin kaum muslimin dan berpegang teguh bersama jamaah mereka, karena doa mereka meliputi orang-orang yang di belakang mereka." Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dari Jubair bin Muth'im, al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa Tarhib no. 92, berkata, "Shahih lighairi."


Nasihat kepada para pemimpin hendaknya disampaikan secara rahasia antara pemberi nasihat dengan yang bersangkutan, dengan lemah lembut, hikmah dan nasihat yang baik serta cara yang sesuai. Membeber nasihat lebih-lebih kesalahan pemimpin di depan umum bukan merupakan nasihat, akan tetapi mempermalukan dan membuat masyarakat berani menentang dan memberontak.


Iyadh bin Ghanam berkata kepada Hisyam bin Hakim, "Apakah kamu tidak mendengar sabda Rasulullah saw, 'Barangsiapa hendak menasihati penguasa maka jangan menampakkannya secara terbuka, akan tetapi berdua dengannya, bila dia menerima, maka itulah yang diharapkan, bila tidak maka dia telah melaksanakan apa yang mesti dia laksanakan." Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Hakim, dishahihkan oleh al-Albani dalam Zhilal al-Jannah fi Takhrij as-Sunnah 2/521.


Usamah bin Zaid memberikan teladan dalam hal ini, saat orang-orang berkata kepadanya, "Mengapa engkau tidak datang kepada Usman untuk menasihatinya." Maka Usamah menjawab, "Sesungguhnya kalian melihat bahwa aku tidak berbicara kepadanya kecuali aku menyampaikannya kepada kalian, sesungguhnya aku berbicara kepadanya secara rahasia… Dalam riwayat Muslim, "Demi Allah, sesungguhnya aku telah berbicara kepadanya antara diriku dengan dirinya." …tanpa aku membuka sebuah pintu yang aku tidak ingin menjadi orang pertama yang membukanya." Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989.
Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Dalam hadits terdapat anjuran menghormati para pemimpin, beradab kepada mereka, menyampaikan apa yang diinginkan masyarakat kepada mereka, agar mereka bisa menyikapinya dengan baik, menyampaikan dengan baik di mana maksudnya tercapai tanpa menyakiti siapa pun." (Fathul Bari 13/53).


Imam an-Nawawi berkata, "Yakni mengingkari para umara secara terbuka di depan umum seperti yang terjadi para orang-orang yang membunuh Usman, hadits ini mengadung anjuran adab bersama para umara, bersikap lembut kepada mereka, menasihati mereka secara rahasia." (Syarah Shahih Muslim 18/329).


Syaikh Allamah Ibnu Baz berkata, "Bukan termasuk manhaj salaf membeber aib para pemimpin di depan publik dan menyinggungnya di mimbar-mibar, karena hal itu menyebabkan pemberontakan, membuat mereka tidak didengarkan dan ditaati dalam kebaikan, membawa kepada pembangkangan yang merugikan." (Risalah Huquq qr-Ra'i war Raiyyah hal. 27). Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...